Doni Monardo: Bersahabat Dengan Wartawan Empati Pada Papua

Peter Tukan/Istimewa

PADA Hari  Pers Nasional (HPN) yang jatuh pada Selasa,  9 Februari 2021, Dewan Pers  menganugerahkan  penghargaan Medali Emas kepada Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)/Kepala Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Letjen TNI Doni Monardo.

Dewan Pers punya pertimbangan yang sangat matang dan beralasan menganugerahkan Medali Emas itu kepada Doni Monardo  antara lain karena  dianggap berjasa dan berperan penting dalam membangun kerja sama dengan perusahaan pers dan wartawan melalui sejumlah program terkait sosialisasi penanggulangan pandemi virus corona.

“Dalam pandangan kami dan para komponen pers, Pak Doni Monardo sangat berjasa dalam membangun kerja sama dengan wartawan dan juga perusahaan pers untuk menyosialisasikan pencegahan penyebaran Virus Corona dalam situasi pandemic ini. Karena itu, layak beliau mendapat Medali Emas,” ujar Ketua Dewan Pers M Nuh, di Ancol, Jakarta Utara, Senin (8/2/2021).

Bersahabat dengan wartawan

Kesan pertama, pada detik pertama ketika saya sebagai wartawan bertemu langsung  Doni Monardo, adalah dia seorang pria  tegap (kokoh dan kuat),  berpenampilan sejuk (cool) dan sederhana- rendah hati (humble).

Pada 16 September 2017 untuk pertama kalinya saya bersama dua rekan,  Dr Agus Sumule yang kini menjabat sebagai Wakil  Rektor II  Universitas Papua (Unipa),  Manokwari dan Mathias Refra – mantan wartawan dan  mantan staf khusus Gubernur Papua Bidang Komunikasi bertemu langsung dengan Mayjen TNI Doni Monardo – Pangdam XVI/Pattimura di Ambon, ibukota Provinsi Maluku.

Perjumpaan yang sangat menyenangkan itu tidak akan pernah dilupakan apalagi,  perjalanan kami bertiga  dari Tanah Papua ke Ambon  berkat undangan istimewa dari  mantan Wakil Kepala Staf Angkatan Darat, Letjen TNI (Purn) Kiki Syahnakri dan  ibu  Ratnaningsih Syahnakri yang juga berkunjung ke Ambon.

Sejak saat itulah, saya mengetahui bahwa Doni Monardo adalah seorang Tentara Rakyat yang merakyat. Dia menyapa sesamanya dengan sikap rendah hati. Bersedia memberikan keterangan apa saja yang ditanya oleh wartawan. Dia menjawab pertanyaan jurnalis dengan sabar, tenang, bijaksana  dan cerdas. Kesabaran dan ketenangannya menghadapi wartawan justru membuat wartawan semakin akrab dengannya dan menjadikan dirinya sahabat dan figur panutan.

Dari begitu banyak ceritera pengalamannya selama memimpin Kodam XVI/Pattimura yang wilayahnya sangat luas itu, baik saya maupun rekan Agus Sumule dan Mathias Refra akhirnya mengetahui bahwa ternyata  Doni Monardo adalah orang yang sangat mencintai lingkungan hidup yang lestari sebagai  anugerah Sang Pencipta semesta alam.

Rasa cintanya yang amat besar pada kelestarian alam raya – bumi dengan segala isinya ini,  terus terbawa dalam hidup dan karyanya hingga sekarang ini. Kemanapun pergi dan dimanapun  Doni Monardo berada, dia hampir tidak pernah lupa berbicara dan berbuat untuk kelestarian alam, walaupun apa yang dibicarakan dan diperbuatnya itu mungkin sederhana dan kecil di mata sesamanya.

Agus Sumule mengatakan, Pak Doni Monardo ini seorang prajurit sapta marga yang rendah hati dan memiliki sikap mendengarkan yang tidak dimiliki semua orang. 

“Beliau cinta pada alam yang lestari. Beliau sangat cocok menjadi rekan dan mitra yang cerdas dalam mendiskusikan kelestarian lingkungan hidup. Saya menaruh hormat kepada Beliau,” kata Dr Agus Sumule, seorang akademisi dan intelektual yang dikenal telah  banyak makan “asam-garam” di belantera ilmu Kehutanan di Tanah Papua.

Mathias Refra – mantan wartawan Mingguan Tifa Irian  tempo doeloe dan mantan wartawan Harian Timika Pos juga merasakan betapa mudahnya seorang Doni Monardo ditemui para wartawan yang ingin bertukar pikiran atau mewawancarainya. 

Mathias mengakui, Pak Doni Monardo punya segudang  pengalaman di banyak bidang ilmu dan kehidupan yang dapat dengan mudah dibagikan atau di-sharing-kan kepada orang lain dengan bahasa yang sederhana sehingga mudah dimengerti oleh siapapun juga.
Pada umumnya, ketika orang bertemu seorang serdadu, mendadak muncul rasa takut dari dalam diri sendiri tetapi ketika kita  bertemu Mayjen TNI Doni Monardo yang adalah Pangdan Pattimura, rasa khawatir, ragu-ragu dan cemas itu samasekali tidak muncul dari dalam diri kita. 

“Seandainya saya masih berprofesi sebagai wartawan maka sudah pasti, Pak Doni Monardo tercatat dalam catatan harianku sebagai salah seorang narasumber andalan yang patut dimintai ceritera pengalaman hidup dan karier darinya terutama kecintaannya pada kelestarian lingkungan,” kata Mathias.

Empati Bersama Papua

Doni Monardo tidak asing dengan Tanah Papua. Dia dikenal sebagai salah seorang prajurit TNI yang menaruh perhatian, sempatik  dan empati pada Papua.
Sebagai Kepala  BNPB, Doni Monardo cukup sering mondar-mandir ke Papua. Dia datang ke Tanah Papua bukan karena wilayah paling timur dari Negara Kesatuan Republik Indonesia ini sering dilanda bencana alam yang mengaruskan dirinya datang ke Papua tetapi dia datang untuk menggerakkan dan menyemangati  masyarakat Papua agar tidak bosan-bosannya menanam dan melestarikan pohon Sagu yang merupakan salah satu makanan pokok masyarakat Tanah Papua.

Dia juga menggelorakan masyarakat di Papua untuk terus mengonsumsi Sagu dan mengingatkan masyarakat yang telah menebang pohon Sagu agar  terus-menerus  menanam kembali anakan Sagu untuk pemenuhan kebutuhan bahan makanan lokal Tanah Papua hari esok.

Doni juga datang ke Papua untuk bergandengan tangan dengan semua mereka yang mencintai kelestarian alam Papua yang kaya raya ini untuk terus menjaga dan memelihara hutan Papua sebagai “paru-paru dunia”.
Selain peduli pada upaya melestarikan alam Papua, Doni Monardo juga diketahui sebagai tokoh yang berempati dengan masyarakat asli Papua yang telah bertahun-tahun mendambakan kehidupan yang aman dan damai bebas dari konflik dan pertikaian fisik antarsesama warga masyarakat.

Doni mendatangi keluarga mendiang Dortheys Hiyo Eluay - mantan ketua Presidium Dewan Papua (PDP), untuk meretas jalan rekonsiliasi dan merajut benang-benang perdamaian abadi di Bumi Cenderawasih ini.
Doni melakukan pendekatan “dari Hati ke Hati” yang merupakan jalan emas bagi terciptanya perdamaian abadi yang didambakan seluruh warga masyarakat Tanah Papua.

Setiap kali Doni Monardo datang ke Papua (Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat), Doni Monardo tidak  lupa mengajak para  wartawan lokal untuk meliput kegiatannya selain,  membawa juga wartawan dari Jakarta. 

Tidak ada satu pun kegiatan yang baik untuk kebaikan seluruh rakyat Papua disembunyikan atau ditutup-tutupinya. Semua pekerjaan yang baik untuk semua orang di Tanah Papua dilakukannya secara terang-benderang. Silahkan pers meliputnya.

Ketika  masih menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Wantanas, pada 3 Januari 2018 di Hotel Borobudur, Jakarta, Doni dalam kerjasama dengan Pimpinan Persatuan Purnawirawan Angkatan Darat (PPAD) menyelenggarakan “Focus Group Discussion”  (FGD) atau diskusi kelompok yang terfokus yang mengupas tentang  “Upaya Penyelesaian Masalah Papua dan Masalah Di Papua” dengan menghadirkan beberapa pemimpin agama terkemuka, cendekiawan dan akademisi dari Papua.

Pada tahun lalu (2020) ketika begitu banyak siswa Secapa, Bandung terpapar Covid-19, Doni Monardo mendatangkan ratusan ikan segar dari Sorong, Papua Barat dan Maluku untuk dikonsumsi para siswa yang terpapar Covid 19  itu.

Mantan Komandan  Sekolah Calon Perwira Angkatan Darat (Secapa AD), yang kini menjabat sebagai  Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Ignatius Yogo Triyono, mengisahkan, ketika Doni Monardo  mendapat laporan bahwa begitu banyak siswa Secapa, Bandung terpapar Covid-19, Beliau langsung menelpon dirinya  dan bertanya, apa yang dapat dibantunya. 

“Bapak Doni Monardo  sangat memahami  bahwa mereka yang terpapar Covid harus diberikan makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup maka, Bapak  Doni Monardo langsung mendatangkan  puluhan cool box berisi ratusan  ikan segar berbagai jenis  dari Sorong dan Ambon. Beliau tahu bahwa laut  Papua selain Maluku,  sangat kaya dengan ikan laut,” kata Mayjen TNI Ignatius Yogo Triyono di Jayapura, Selasa (9/2). Setelah mengonsumsi ikan segar itu, pada dua minggu berikutnya, para siswa Secapa ini di-Swab, dan hasilnya, semua siswa dinyatakan negatif Covid-19.

Menurut Mayjen Yogo, inilah  salah satu kehebatan  seorang Doni Monardo  yang tahu bahwa Papua memiliki kekayaan ikan laut yang dapat disumbangkan bagi banyak orang sehingga tidak tanggung-tanggung Beliau membeli ikan dari para nelayan di Sorong Papua Barat (selain Maluku) dan langsung  diterbangkan ke Secapa Bandung untuk dikonsumsi ratusan siswa terpapar Covid  demi menyelamatkan nyawa mereka yang terancam itu.

Itulah Letjen TNI Doni Manardo yang pada puncak Peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2021 yang digelar Selasa, 9 Februari hari ini,  Dewan Pers  memberikan penghargaan berupa Medali Emas kepada Kepala BNPB yang juga Kepala Satuan Tugas Penanganan COVID-19.

Selamat dan Sukses kepada Bapak Doni Monardo! 
Bangsa dan Negara Republik Indonesia tetap membutuhkan  seorang Doni Monardo.***

*Peter Tukan: Jurnalis