MULIA, wartaplus.com - Diperhadapkan pada wabah Covid-19, sudah cukup merepotkan jajaran Pemerintah Puncak Jaya khususnya Dinas Kesehatan sebagai perpanjangan tangan pemerintah dalam urusan kesehatan masyarakat. Kini, pemerintah daerah setempat diperhadapkan lagi dengan persoalan penyakit kaki gajah (Filariasis Limfatik), yang tengah menghantui masyarakat Distrik Fawi, setelah 23 orang ditemukan menderita penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria, namun ditularkan melalui gigitan nyamuk tersebut.
Kepala Dinas Kesehatan Eliatas Telenggen, S. IP, M. Si kepada wartawan, Kamis (15/10) menjelaskan, dari 23 orang yang menderia penyakit kaki gajah, 13 diantaranya telah dirujuk ke RSUD Dok II Jayapura.
"Kami telah perintahkan Penanggung Jawab Pencegahan Filariasis di Puncak Jaya, Nelson Wonda untuk turun langsung ke lapangan (Fawi) untuk menangani wabah itu. Total 13 pasien yang telah kami kirim ke Jayapura karena sebagian besar pasien sudah cukup parah dan membutuhkan penanganan serius dengan jalan operasi," kata Eliatas
Dari total 13 pasien yang dirujuk, 6 diantaranya telah menjalani proses operasi dan 7 pasien masih dalam tahap antrian dikarenakan keterbatasan tempat di RSUD Jayapura.
"Sebenarnya tenaga medis siap antisipasi untuk dioperasi di Mulia namun karena kendala sarana prasarana fasilitas operasi yang belum memadai, serta kendala harus karantina mandiri selama 14 hari dengan biaya yang besar, sehingga hasil konsultasi kami dengan pimpinan agar langsung dirujuk ke RSUD Dok II Jayapura," ungkap Eliatas.
Terkendala Anggaran
Ia tidak memungkiri, kendala terbesar adalah masalah anggaran penanganan Filariasis yang dicoret akibat fokus untuk percepatan penanganan covid-19.
"Hal itu berdampak pada pemangkasan penanganan penyakit lain. Akibatnya program penanganan penyakit kaki gajah ini menjadi tertunda," akunya.
Eliatas menjelaskan, Filariasis ini merupakan penyakit umum di daerah panas khususnya wilayah tumbuh kembang nyamuk seperti di daerah rawa.
"Namun kami berharap, penyakit ini tetap harus mendapatkan perhatian khusus dengan tersedianya anggaran yang cukup di APBD perubahan 2020 nanti," harapnya.
"Kalau sudah ada keputusan agar awal November tim satgas sudah bisa bergerak lakukan pencegahan dengan pemberian obat sebelum korban tambah banyak," sambungnya
Eliatas mengaku, pihaknya telah mengajukan perubahan melalui Bappeda untuk dialokasikan lewat Dana Otsus. Ia juga berharap pemerintah pusat dalam hal ini melalui Kementerian Kesehatan melalui Dirjen P2PL Kemenkes untuk membantu
Senada dengan hal itu ditemui lewat telepon Penanggungjawab Pencegahan Kaki Gajah Puncak Jaya, Nelson Wonda menjelaskan, untuk upaya pencegahan penyakit kaki gajah kini sudah masuk tahun ke 5.
"Upaya pencegahan kami melakukan pemberian obat antibodi/vaksin kepada masyarakat luas," akunya.
Namun kendala yang dihadapi di Distrik Fawi adalah karena masalah transportasi, sebelumnya hanya 1 kali penerbangan, karena jumlah pasian bertambah harus menambah 2 penerbangan.
"Kami juga mau sampaikan terima kasih kepada pihak dinas kesehatan provinsi dan RSUD Jayapura yang sudah turut membantu dalam penanganan 13 pasien yang dirujuk ke jayapura," ucapnya. **