JAYAPURA,- Bupati Kabupaten Pegunungan Bintang, Constan Otemka menilai pembakaran rumah bupati yang dilakukan oleh sekelompok massa disertai dengan aksi demo beberapa waktu lalu bermuatan politik, pasalnya tuntutan dari masyarakat bukan mengenai dorprize jalan santai, tapi lebih pada upaya melengserkan bupati dan wakil bupati.
“Kejadian berawal saat massa menagih doorprize jalan santai, padahal panitia tidak menyiapkan hadiah untuk itu. Tapi karena ditunggangi dengan kepentingan politik, maka masalah ini semakin besar dan berujung pada pembakaran rumah bupati dan permintaan untuk memberhentikan bupati dan wakil bupati,” kata Constan Otemka kepada pers di Kota Jayapura, Selasa.
Constan sangat menyayangkan sikap para lawan politik yang sangat tidak terpuji tersebut, karena memberikan pendidikan politik yang buruk bagi masyarakat kabupaten pegunungan Bintang.
“Saya sangat sayangkan sikap beberapa orang karena hanya ambisi politiknya menutupi akal sehat dan mengarahkan masyarakat melakukan demo dan meminta bupati diturunkan dari jabatannya, kalau ada kesalahan kan ada mekanisme sesuai dengan hukum yang berlaku. Saya lihat ini sangat politis sekali karena aktornya adalah aktor politik. Kasian dengan masyarakat yang tidak tau apa-apa diarahkan untuk kepentingan politik,” ungkapnya.
“Saya bahkan dituduh korupsi, kalau korupsi silahkan dibuktikan. Tapi kalau tidak terbukti saya akan tuntut balik, karena sudah masuk pencemaran nama baik,” tegasnya.
Pada kesempatan tersebut, Consan menyarankan kepada partai politik untuk selektif dalam merekrut calon pemimpin jangan hanya merekrut, tapi membina, supaya bisa memberikan pendidikan politik yang baik dan benar kepada masyarakat.
“Saya pikir mereka belum mengerti soal politik. Karena dengan dalih pembagunan daerah, dan mengatasnamakan masyarakat, mereka mengarahkan masyarakat untuk melakukan aksi anarkis, ini jelas pendidikan politik dan demokrasi yang salah dan melakukan pembohongan publik,” ujarnya kecewa.*
Bantah Melarikan Diri ke Hutan
Constan juga membantah pernyataan kelompok orang yang mengatakan ia lari ke hutan pasca-pembakaran rumah bupati. “Itu tidak benar. Saya tidak melarikan diri, tapi saya turun untuk mengamankan masyarakat, supaya tidak terjadi aksi pembalasan oleh pendukung saya, karena akan menyebabkan banyak korban nyawa dan materi lebih banyak,” ujarnya.
“Kalau secara emosional rumah saya dibakar dan saya lakukan pembalasan, maka banyak orang bisa korban, ratusan rumah bisa dibakar, dan kota Oksibil bisa lumpuh. Jadi saya amankan massa untuk tidak lakukan pembalasan,” bebernya.
Dikatakan, sebagai pemimpin, ia memiliki tanggunjawab menjaga supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan mengorbankan masyarakat.
“Jadi saya minta masyarakat saya untuk tidak melakukan pembalasan. Kami serahkan semua kepada aparat kepolisian untuk mengambil tindakan dengan menangkap para pelaku dan di proses hukum supaya ada pelajaran hukum yang baik bagi semua, jangan sampai masyarakat tidak percaya kepada aparat hukum,” ujarnya.
Bahkan kata Constan, dengan koordinasi yang baik dengan masyarakat, aktivitas pemerintahan di Kabupaten Pegunungan Bintang sudah kembali normal sejak Senin pekan lalu. “Memang ada sejumlah ASN yang belum masuk kantor karena masih trauma, tapi koordinasi kami dengan pimpinan SKPD untuk pelaksananaan pelayanan sudah kembali berjalan,” tuturnya.
Kami harap pascaperistiwa ini kami semua kembali bersatu untuk membangun Kabupaten Pegunungan Bintang, karena kami semua bersaudara,” tutupnya. *