Difitnah Serang SBY, Anas: Saya Tak Suka Makan Daging Sodara

Anas Urbaningrum - Istimewa

Wartaplus. Dari penjara, Anas Urbaningrum membantah tuduhan soal adanya pertemuan di L‎apas Sukamiskin untuk menyudutkan SBY dalam kasus korupsi proyek pengadaan e-KTP. Tak hanya lewat kicauan, eks Ketum Demokrat juga menulis surat panjang untuk mengklarifikasi tuduhan itu. Dalam suratnya itu, Anas mengatakan tak akan tega menyakiti orang lain dengan memfitnah. “Saya tidak suka memakan bangkai saudaranya sendiri. Itu menjijikkan!,” tulisnya.

Surat bantahan itu ditulis Anas pada Senin, 12 Februari lalu. Namun baru seharian kemarin beredar di kalangan wartawan. Surat itu dititipkan Anas kepada Bobby Triadi, anggota Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI), ormas yang dibikin Anas, pada hari yang sama. Surat yang ditulis tangan oleh Anas ini cukup panjang. Ada 9 alinea yang terbagi dalam tiga lembar kertas.

Anas membuka surat itu dengan kalimat, “Salam Keadilan. Sungguh ini hal yang lucu, lebih lucu dari dagelan,” tulisnya. Ia sebenarnya tak ingin mengeluarkan pernyataan, “tetapi karena sudah disebarkan dan menjadi berita luas, hoaks ini perlu dibantah karena bisa menjadi virus jahat yang merusak dan menyesatkan,” tulis Anas.

Sekadar tahu saja, persoalan ini bermula saat Mirwan Amir menjadi saksi dalam sidang kasus e-KTP dengan terdakwa Setya Novanto. Eks Anggota Banggar itu mengaku sempat melaporkan kepada SBY bahwa proyek e-KTP bermasalah. Namun laporan itu tak digubris. Pernyataan Mirwan ini kemudian digoreng oleh pengacara Setya Novanto Firman Wijaya. SBY tentu saja merasa disudutkan dan difitnah. Ia pun melaporkan Firman kepada polisi dengan tuduhan pencemaran nama baik.

Belakangan muncul isu pemufakatan jahat oleh Anas mencuat setelah beredarnya surat yang diduga ditulis Mirwan Amir kepada salah satu media massa tentang pertemuannya, Saan Mustopa dan Firman Wijaya di Lapas Sukamiskin yang bertujuan memfitnah mantan Presiden SBY.

Soal ini, eks Jubir Presiden Andi Arief pernah bercuit di akun Twitter miliknya, @andiarief_. “Pagi ini dikejutkan dengan beredarnya surat Mirwan Amir bahwa persidangan 25 Januari 2018 lalu yang menyebut nama SBY adalah hasil permufakatan jahat Firman Wijaya, Saan Mustofa, Anas Urbaningrum, dan Setya Novanto. Kami masih klarifikasi kebenarannya.”

Dari balik penjara, Anas pun menulis sepucuk surat bantahan yang dititipkannya kepada orang kepercayaannya, Tridianto. Surat itu kemudian disebarkan di akun Twitter milik Anas, @anasurbaningrum. Namun, surat yang berisi kicauan tersebut sepertinya tak memuaskan. Dua hari berselang Anas kembali menulis surat. Kali ini panjang.

Anas melanjutkan, merasa aneh dengan beredarnya surat dari Mirwan Amir itu yang dinilai hampir bersamaan dengan pernyataan pers SBY dan pelaporan Firman Wijaya ke Bareskrim Polri. Anas kemudian menyayangkan sikap sebagian orang di lingkungan SBY yang menyebarkan surat itu tanpa adanya klarifikasi kepadanya. “Kemudian malah digoreng sedemikian rupa. Bahkan ada tulisan artikel tentang hal tersebut yang dimuat pada website resmi Partai Demokrat,” kata Anas.

Anas mengatakan mudah untuk membuktikan bahwa pertemuan itu tak pernah ada. Caranya, menurut Anas dengan memeriksa buku tamu, CCTV dan menanyakan langsung kepada warga di Sukamiskin. “Tidak ada tempat kunjungan tamu yang tertutup, tidak ada warga yang bisa merahasiakan tamunya. Apalagi kalau itu sebuah pertemuan,” kata Anas.

Anas lantas menyebut orang yang menyebarkan serta mempercayai surat itu menyedihkan. Dia menganggap penyebaran surat itu sebagai langkah picik serta mengkhianati semangat dan kampanye antifitnah dan hoax.

“Saya mengerti bahwa jihad mencari keadilan adalah tindakan mulia. Tapi mencari keadilan yang disertai dengan pembiaran penyebaran hoaks dan fitnah justru berarti membelakangi keadilan itu sendiri dan terkesan lebih mementingkan gincu,” kata Anas.

Anas mengatakan, pihak yang menjadi korban fitnah sebenarnya adalah dia. Fitnah yang dimaksud Anas adalah tentang gratifikasi berupa mobil Toyota Harrier dan uang Rp 100 miliar dalam kasus korupsi pembangunan kompleks olahraga Hambalang, yang menjerumuskannya ke dalam penjara saat ini. “Sakitnya masih harus saya dan keluarga jalani sampai hari ini,” kata dia.

Selaku korban fitnah, Anas mengatakan tidak akan menyakiti orang lain, termasuk SBY, dengan cara yang sama yaitu melalui fitnah. Anas beralasan dia percaya takdir dan akan datangnya hari keadilan. “Saya tidak tega dan tidak suka memakan bangkai saudaranya sendiri. Itu menjijikkan!”, ujarnya.

Pada penutup suratnya, Anas sepertinya mau menyindir SBY dengan mengutip omongan SBY “ini adalah perang saya”, yang disampaikan dalam jumpa pers di Markas Demokrat sebelum berangkat ke Bareskrim Polri untuk melaporkan Firman Wijaya. Anas memastikan itu bukan ‘perang’ nya. “Jadi, sudahlah. Apalagi yang kurang? This is not my war. Ini hanya pernyataan kebenaran,” pungkasnya.

Wasekjen Demokrat Didi Irawadi sebelumnya mengungkapkan rasa herannya terkait surat cinta Anas ini. Apalagi, kata dia, SBY tidak pernah menyebut nama Anas. “Justru yang menanggapi berdasarkan berita hoaks adalah Anas sendiri. Adakah nama Anas disebut? Tidak pernah Pak SBY sebut nama Anas. Coba disimak yang baik oleh mereka,” ucap Didi.

Menurut dia, soal pertemuan di Sukamiskin baru sebatas dugaan. Pihaknya pun masih menelusuri dugaan tersebut. “Kami baru menduga atas informasi yang sedang dipelajari dan ditelusuri lebih jauh. Jadi tidak pernah menuduh langsung,” tutur Didi. Dia menyebut Anas terbawa perasaan alias baper saat menanggapi berita kasus e-KTP dan SBY. “Sekali lagi pihak mereka baper dan menanggapi justru atas informasi hoaks,” tukasnya.