Kondisi Geografis Jadi Kendala Penanganan Pasca Gempa di Boven Digul

Ilustrasi gempa bumi

JAYAPURA, - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Papua mengaku kesulitan dalam melakukan penanganan darurat pasca gempa 7,6 SR di sejumlah wilayah di kabupaten Boven Digul Senin (26/2) lalu, karena terkendala kondisi geografis

Kepala BPBD Provinsi Papua William R. Manderi, kepada pers di Jayapura, Rabu (28/2) mengungkapkan, kondisi medan yang teridentifikasi berbukit-bukit serta minimnya sarana komunikasi menyulitkan koordinasi di lapangan.

"Hingga kini, BPBD bekerja sama dengan Polres Boven Digoel dan Humas Pemda setempat telah melakukan kaji cepat mengevakuasi warga yang terdampak bencana,"ungkapnya

William juga mengakui bahwa pihaknya telah mengirimkan logistik ke Kabupaten Boven Digoel.

Saat ini kebutuhan mendesak yang diperlukan para korban yaitu makanan, suplai air, dan pelayanan medis baik berupa tenaga medis, peralatan serta obat-obatan

Berdasarkan data sementara menyebutkan empat rumah, satu masjid, dan satu puskemas rusak di Distrik Mindiptana.

"Selain itu, dua rumah rusak dan satu bangunan PDAM rusak berat di Waropko, sedangkan satu rumah, satu sekolah dan satu kantor distrik rusak di Arimop," bebernya

Dia menambahkan di samping kerusakan, gempa memicu longsor dan kerusakan jalan di Waropko, di mana hingga kini, kaji cepat masih terus dilakukan oleh otoritas setempat.

Sebelumnya, gempa bermagnitudo 7,6 SR ini terjadi pada Senin, 26 Februari 2018, pukul 02.44 WIT dengan titik pusat gempa 266 km arah tenggara Kota Boven Digoel. Kedalaman gempa sekitar 17 km, di mana dampak gempa teridentifikasi di wilayah Distrik Mindiptanah, Waropko dan Arimop.

Hingga kini Kabupaten Boven Digoel belum memiliki BPBD sebagai organisasi yang bergerak di bidang penanggulangan bencana.[Riri]