Rektor Uncen

Rakyat Papua Akan Sejahtera Lewat Semangat Kemitraan

Suasana Talkshow Kemitraan Multi Pihak untuk Pembangunan Berkelanjutan di Papua yang digelar Universitas Cenderawasih (Uncen) Partnership-ID, di Auditorium Rektorat Uncen/Istimewa

JAYAPURA,- Rektor Universitas Cenderawasih (Uncen) Apolo Safanpo menyampaikan bahwa semangat kemitraan akan menjadi jalan untuk mencapai kesejahteraan rakyat Papua. Menurutnya, semua pihak di Papua harus memahami dan menjalankan konsep kemitraan dengan baik untuk mencapai tujuan bersama yaitu kesejahteraan bagi rakyat Papua. 

Kata Safanpo, melalui kemitraan dan kolaborasi yang baik maka berbagai potensi yang dimiliki Papua bisa dikembangkan menjadi aktivitas konkret yang akan memajukan untuk menjadi besar dan mencapai tujuan bersama.

Pandangan tersebut disampaikan Apolo pada talkshow berjudul Kemitraan Multi Pihak untuk Pembangunan Berkelanjutan di Papua yang digelar Universitas Cenderawasih (Uncen) Partnership-ID, di Auditorium Rektorat Uncen, Rabu (30/5).

“Talkshow ini penting dalam mencapai tujuan bersama dengan jalan kemitraan dan kolaborasi untuk mencapai tujuan nasional yaitu masyarakat yang sejahtera. Dalam membangun Papua, pendekatan kemitraan ini menekankan masyarakat Papua yang harus berdaya, karena tidak mungkin orang lain yang membuat masyarakat Papua sejahtera. Rakyat Papua harus berdaya dan orang lain membantu sebagai mitra,” papar Apolo. 

Sementara itu, Vice Presiden Corporate Communication PT Freeport Indonesia, Riza Pratama menyampaikan pihaknya menyadari bahwa kemitraan sangat penting untuk mendorong kesejahteraan rakyat Papua serta mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan yang diidamkan. Dulu, ketika kami datang mulai bekerja di Papua pada tahun 1967 tak ada mitra lain yang bisa diajak bekerjasama. 

"Dulu kami membangun sendiri sesuai apa yang kami anggap perlu. Kami membangun berbagai sarana dan infrastruktur seperti klinik, rumah sakit dan sekolah. Ketika akhirnya mulai ada mitra yang bisa diajak berkolaborasi, kami membangun kemitraan.

Berdasarkan pengalaman, tanpa peran serta dan partisipasi aktif pemangku kepentingan dalam program, hasil yg dicapai menjadi tidak maksimal dan berdampak pada efektivitas program,” ungkap Riza.

Riza juga menjelaskan bahwa sejak lama Freeport Indonesia mengadopsi konsep pembangunan berkelanjutan sebagai bagian integral operasi perusahaan. Menurutnya, kontribusi Freeport tersebut dimaksudkan menjadi stimulus bagi pembangunan yang berkelanjutan dan bukan sekedar hibah.

“Kesejahteraan masyarakat dan perlindungan lingkungan di Papua adalah merupakan tanggungan jawab semua pihak. Untuk itu menjadi penting memahami lebih dalam tentang kemitraan yang lebih setara. Sharing mengenai kemitraan ini bisa membuka mata kita mengenai sedikit dari sangat banyak kemitraan yang ada di Papua. Tentunya ke depan kita berharap lebih banyak lagi sharing yang dilakukan dan menjadi inspirasi kita untuk membangun Papua yang lebih baik dan lebih sejahtera,”terangnya. 

Manfaat

Di kesempatan yang sama, Pendiri Partnership-ID, Erna Witoelar yang memberikan keynote speech pada talkshow tersebut juga menyampaikan bahwa pembangunan Papua akan mendapatkan manfaat dengan kemitraan multi pihak berbasis sustainable development goals (SDGs).

“Konsep kemitraan ini inheren dalam konsep SDGs. Dalam proses pembentukan SDGs tersebut maka dunia usaha yang sangat aktif melakukan berbagai perubahan. Karena perusahaan-perusahan yang bagus tidak mau lagi hanya berbicara mengenai bicara profitnya sendiri saja, namun perusahaan juga bicara mengenai prosperity dan peace,” terang Erna.

Erna juga menggarisbawahi mengenai pentingnya pemilihan sektor prioritas dalam menjalankan SDGs. Menurutnya dari 17 target SDGs, kita harus memilih prioritas. Pencapaian target SDGs tidak akan berjalan dengan baik kalau perusahaan mengambil terlalu banyak prioritas akan memudahkan membangun kemitraan dalam SDGs.

“Contohnya Institut Pertambangan Nemangkawi yang dibangun oleh Freeport itu bisa dikembangkan dalam kemitraannya. Kampus-kampus lain bisa datang ke sana untuk berkerjasama. Karena IPN ini fokusnya menyediakan tenaga kerja yang memiliki skill tinggi yang tidak semuanya harus masuk ke Freeport dan itu bisa menjadi fokus prioritas bersama di Papua karena semuanya mendapatkan keuntungan dengan keberadaan IPN ini,” terang Erna.

Sementara itu, Direktur WWF Indonesia Wilayah Papua, Benja Mambai mengaku setuju dengan pendekatan kemitraan tersebut, yang penting dilakukan dalam pembangunan di Papua.

“Orang kalau ingat WWF itu ingatnya hanya mengenai WWF yang kerjanya melarang-larang saja. Kami sudah keluar dari ranah itu. Salah satu misi WWF adalah membangun masyarakat madani yang dalam pengalaman kami hanya bisa dibangun dengan cara kemitraan. Kami punya keyakinan bahwa tidak mungkin kita melestarikan alam namun tetap melestarikan kemiskinan,” terang Benja. 

Benja menjelaskan bahwa WWF sudah 35 tahun bekerja di Papua. Menurutnya WWF dulu bekerja sendiri dan hanya berkerjasama dengan Uncen. Saat ini di Papua sampai ada 10 kantor dan membangun kerjasama dengan semua pihak.

“Kami menggunakan pendekatan yang melibatkan semua mitra termasuk masyarakat. WWF menggunakan community participatory mapping dengan tujuan masyarakat Papua mengenali jatidirinya dan bisa bernegosiasi dengan pihak lain. Contohnya ketika pemerintah daerah membuat RT RW (spatial planning), masyarakat ikut berpartisipasi. DI peta ada titik titik yang menunjukkan area penting masyarakat. Harus diingat, tidak ada sejengkal pun tanah di Papua itu yang kosong. Semua tanah itu sudah ada peruntukannya masing-masing, ada yang untuk ambil sagu, tempat berburu dan lain lain,” terang Benja.*