Ustaz Somad Tak Masuk Daftar, 200 Nama Mubaligh Versi Kemenag Picu Perpecahan

Ustad Somad

Daftar nama 200 mubalig yang direkomendasikan Kementerian Agama  mendapat penolakan masyarakat. Pasalnya, kebijakan tersebut dapat memunculkan rasa ketidakpercayaan umat kepada pemerintah. Juga berpotensi menimbulkan perpecahan antarmubaligh dan rasa ketidakpercayaan umat terhadap mubaligh.  Publik juga kecewa karena sejumlah mubaligh kondang, seperti Ustaz Abdul Somad dan Felix Siauw tidak masuk dalam daftar tersebut.

Ustaz Abdul Somad merupakan salah satu dai kondang di Tanah Air. Menanggapi namnya tak masuk dalam daftar tersebut, Ustaz Somad lewat akun Instagram-nya, mengemukakan,"Sebab, Kemenag tidak ingin mengecewakan masyarakat, karena saya penuh sampai April 2020."

Sebelumnya, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menuturkan pembuatan daftar 200 nama penceramah Islam rekomendasi kementeriannya itu berdasarkan permintaan masyarakat. Ia menjelaskan, Kemenag sering dimintai rekomendasi penceramah oleh masyarakat, dan belakangan ini permintaan itu meningkat. “Sehingga kami merasa perlu untuk merilis daftar nama mubalig,” kata Lukman.

Ia menjelaskan, nama-nama yang direkomendasikan itu telah memenuhi tiga kriteria, yakni mempunyai kompetensi keilmuan agama yang mumpuni, mempunyai reputasi yang baik, dan berkomitmen kebangsaan tinggi.

Blunder

Kebijakan Lukman yang merilis 200 mubaligh ini, Ketua MPR Zulkifli Hasan (Zulhasan) menyebut Kemenag melakukan blunder dan menyayangkan langkah Kemenag mengeluarkan daftar 200 mubaligh yang direkomendasi.

"Menurut Zulhasan, langkah itu bisa menimbulkan perpecahan di masyarakat. Seharusnya mempersatukan bukan memecah belah. Jadi disini separuh diambil, separuh lagi dipijak. Tidak boleh begitu. Itu belah bambu namanya," kritik Zulhasan usai menghadiri buka puasa bersama dengan masyarakat Jakarta Utara, di Jl. Enim Raya, Tanjung Priok, Minggu (20/5/2018). Seperti di kutip dari Harianterbit.

Ketua Umum PAN ini menyarankan Menteri Agama untuk menarik daftar 200 mubaligh itu. Segera tarik karena ini adalah blunder. "Blunder, sebaiknya (daftar) ditarik," ucapnya.

Di tempat terpisah ustad Rahmat pengajar di pondok pesantren yang juga penceramah ini mengaku heran dengan ulah Kemenag.

"Tahun-tahun lalu adakah gaduh seperti ini? Tidak perlu ada daftar - daftar list segala. Tidak perlu saya rasa," ujar ustad Rahmat singkat saat dihubungi Harian Terbit.

Ketua PBNU Marsudi Syuhud meminta Kemenag untuk transparan dalam menyeleksi nama mubaligh. Hal ini supaya tidak terjadi pro kontra di tengah masyarakat terkait penceramah yang tidak masuk dalam daftar yang dikeluarkan Kemenag.

“Mungkin, dibuat SOP-nya (Standard Operating Procedures). Supaya nanti tidak bingung sendiri, tidak juga timbul pertanyaan di masyarakat,” ujarnya, Sabtu (19/5).

Selain itu, menurut Marsudi 200 nama mubalig yang dirilis Kemenag baru-baru ini disebut bersifat temporer. “Nah, nanti kan bisa muncul pertanyaan, misalnya penilaiannya apa, kriteria seperti apa, ustad ini masuk, kok yang ini tidak masuk, yang begitu harus dipersiapkan,” imbuh dia.

Dia meminta Kemenag  membuka nama-nama panitia seleksi yang memiliki wewenang merekomendasikan nama-nama ustad yang aman saat memberikan ceramah. “Ya pokoknya, jangan sampai memunculkan kegaduhan baru,” terang dia.

Batalkan

Ketua Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Yunahar Ilyas menilai rekomendasi nama mubalig oleh Kemenag berpotensi menimbulkan perpecahan di kalangan ulama.

“Rekomendasi itu dipahami publik sebagai isyarat, `ini ulama rekomendasi dan lainnya enggak`, kan gitu. Nanti terjadi pengotakan. Ada mubalig dianggap dari golongan pemerintah dan mubalig lainnya merasa tidak dari pemerintah,” kata Yunahar.

Ia menyarankan agar Kemenag segera menganulir kebijakan tersebut. "Saran saya ke Kementerian Agama tidak perlu ragu, tidak perlu juga malu-dengan keputusan yang saya anggap keliru itu, anulir saja keputusan itu," kata Dahnil.

Yusuf Mansur

Sementara itu, pencermah Yusuf Mansur yang namanya masuk dalam 200 nama mubaligh yang direkomendasikan Kemenag menuturkan, dirinya tak ingin daftar nama itu menimbulkan perpecahan dan keterbelahan di kalangan ustad maupun masyarakat.

“Saya berdoa dan berharap enggak ada kegaduhan sebab daftar nama itu,” tulis Yusuf Mansur seperti dikutif dari akun media sosial instagram pribadinya, Sabtu (19/5).

Dia pun mengaku lebih senang jika namanya tak masuk dalam daftar nama itu. Yusuf memaparkan dirinya ingin lebih banyak banyak belajar dari para pendahulunya yang justru tak masuk dalam daftar 200 nama itu.

“Saya lebih senang dan lebih tentram, tidak ada di daftar nama. Bukan karena enggak suka dan tidak berterima kasih. Tapi lebih karena saya, masih santri, masih belajar, dan begitu banyak salah dan ketidakmampuannya,” tegasnya.