Nama Besar Universitas Cenderawasih Dipertaruhkan  Dalam Memilih Komisioner KPU Papua 

Ngopi Bareng dan Diskusi Memilih Sosok Komisioner KPU Papua 2018-2023, Senin (14/5) sore/Istimewa

JAYAPURA,-Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) Provinsi Papua merekomendasikan tiga point dalam ngopi bareng dengan tema : "Memilih Sosok Komisioner KPU Papua 2018-2023", Senin (14/5) sore di salah satu hotel di Abepura.

Ketiga rekomendasi itu adalah Komisioner KPU Papua yang terpilih tidak terlibat dengan partai politik dan bebas dari kepentingan para calon kepala daerah dalam proses pilkada.

( FJPI Provins Papua berharap tim seleksi menghasilkan calon komisioner KPU yang baru dan profesional.

 Tim Seleksi harus bekerja jujur pada dirinya sendiri, pada masyarakat, untuk kepentingan yang lebih luas, bukan untuk kepentingan kelompok tertentu.

Dalam ngopi bareng ini, FJPI Papua menghadirkan tiga narasumber yakni Sekretaris Pansel Komisioner KPU Papua, Hans Kaiway, tokoh masyarakat Thaha Al Hamid dan salah satu pembuat surat terbuka ke Timsel, Steve Adolf Waramori.

Ketua FJPI Papua, Yuliana Lantipo menuturkan acara ngopi bareng adalah program FJPI Papua yang dilakukan secara berkala, dengan mengangkat isu terhangat di Papua. Ngopi bareng FJPI dilakukan dengan cara diskusi dengan menghasilkan saran atau rekomendasi terhadap isu itu.

"Saat ini isu yang hangat diperbincangkan di Papua adalah pemilihan Komisioner KPU 2018-2023 oleh tim seleksi. Banyak aduan serta surat terbuka dari masyarakat Papua yang harus dicermati bersama. FJPI Papua berharap ada solusi dan transparansi timsel dalam proses seleksi dan menghasilkan sosok komisioner KPU yang berintegritas," kata Yulan, pangilan akrab Yuliana Lantipo.

Buruk

Thaha Al Hamid dalam ngopi bareng menyebutkan catatan buruk anggota KPU Papua yang saat ini memimpin penyelenggaran pilkada di Papua dapat menjadi pertimbangan timsel, untuk menentukan 14 nama akhir yang direkomendasikan ke KPU RI.

"Lima orang anggota KPU Papua saat ini catatan sangat buruk dan jika nama-nama lima orang ini tetap terpilih oleh timsel, maka saya yakin Pilkada Papua tetap akan berjalan di lorong yang gelap selama lima tahun mendatang," kata Thaha, Senin 14 Mei 2018.

Sementara itu, Steve menyoroti mekanisme pemilihan anggota timsel saat ini. Lima keanggotaannya saat ini hanya mewakili satu unsur, yakni akademisi. Seluruhnya merupakan lima dosen Universitas Cenderawasih Papua.

Terkait itu, kata Steve,  nama besar Uncen dalam timsel dipertaruhkan untuk memilih para komisioner yang lebih berintegritas dan mewakili semua kepentingan masyarakat Papua.

Berdasarkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 7 Tahun 2017 tentang rekruitment tim seleksi dengan jelas mengatakan bahwa lima anggota timsel itu harus terdiri dari tiga unsur: akademisi, tokoh masyarakat, dan profesional.

"Karena didalam timsel semuanya adalah unsur akademisi dari Uncen, maka sosok komisioner KPU diharapkan adalah muka yang baru," ujar Steve.

Kemudian, Sekretaris Timsel Komisioer KPU Papua 2018-2023, Hans Kiaway berharap nama akhir yang akan direkomendasikan ke KPU RI dari 14 orang, akan ada 4 orang nama perempuan dari 8 nama yang sekarang masih dalam proses seleksi.

Integritas

Mantan jurnalis Mathias Rafra yang hadir dalam  kegitan tersebut menegaskan, terpilihnya nanti anggota KPU terpilih adalah mempertaruhkan nama besar Universitas Cenderawasih (Uncen).

"Mengapa karena Tim Seleksi dari Uncen dan wajah 5 tahun Papua ditentukan  demokrasi Papua. Dan satu ketika saya tiba diruang Jimly Asshiddiqie dan  terpampang foto besar dengan tulisan perintahan yang baik hanya akan dilahirkan dengan pemilu yang berintegritas. Pemilu yang berintegritas akan dapat tercapai bila dilaksanakan dengan penyelenggara yang berintegritas,"ujarnya. 

Diungkapkannya, jadi saat bertemu Rektor Uncen dirinya mengatakan  tanggungjawab dan reputasi Uncen sangat dipertaruhkan dalam seleksi ini.

"Orang orang yang berintegritas  denga n pemilu yang baik, pemerintahan yang baik pasti berkorelasi yang sangat erat dengan penyelenggara yang berintegitas,"ujarnya.

Untuk diketahui, FJPI Papua adalah organisasi jurnalis khusus perempuan. FJPI terbentuk sejak 10 tahun lalu dengan berpusat di Medan. FJPI Papua adalah perwakilan FJPI didaerah ke-8, setelah pembentukan FJPI Papua Barat yang juga dideklarasikan tahun ini. FJPI Papua beranggotakan sekitar 60-an jurnalis perempuan Papua yang tersebar di Kota Jayapura, Mimika, Merauke, Biak Numfor dan Wamena.*