Hendak Liputan Debat Kandidat Kabupaten Deiyai, Jurnalis Jubi Alami Kekerasan Fisik Oleh Oknum Aparat

Foto: Ilustrasi

JAYAPURA,-Debat Kandidat Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deiyai Sabtu ( 5/5) sekitar pukul 09.00 WIT. Sekitar pukul 10.30 WIT  masa ( masyarakat ) dari Kabupaten Deiyai yang berjumlah kurang lebih 100 orang memaksa untuk masuk menyaksikan acara debat kandidat, namun tidak diperbolehkan masuk oleh Panitia penyelenggara karena tidak memiliki ID Card ( tanda pengenal ). Ini diungkapkan Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol AM Kamal SH dalam rilisnya yang diterima wartaplus.com, Minggu pagi.

Dalam rilis tersebut diungkapkan sekitara  pukul 10.45 WIT tim Patroli Ranmor Dalmas Polres Nabire tiba di Guest House sehingga pagar dibuka namun masa yang tidak memiliki ID Card menerobos masuk mengikuti Tim Patroli Ranmor Dalmas Polres Nabire, sehingga dihadang oleh aparat kepolisian yang berjaga dipintu masuk Guest House yang dipimpin oleh Kabag Ops Polres Paniai Kompol Sukapdi dan Kasubag bin Ops Polres Nabire AKP Sri Kasiono.

Sehingga masa kembali keluar pagar Guest House kecuali Nando Mote seorang PNS Kabupaten Deiyai yang tetap bersikeras untuk tetap masuk kedalam Gedung Guest House dan berulang kali dihadang dan telah disampaikan oleh aparat untuk keluar karena tidak memiliki tanda pengenal. Namun  Nando Mote tidak memperdulikan sehingga aparat keamanan mengambil tindakan refresif dan membawa Nando mote keluar dari Gedung Guest House.

"Saat dikeluarkan dari area Guest House Nando Mote melawan sehingga anggota mengamankan dan mekeluarkan dari halaman parkir Guest Hause. Pada saat bersamaan terjadi salah paham antara personil gabungan dengan wartawan Jubi bernama Abet You yang mau mengambil gambar pada saat Nando Mote dipaksa untuk dikeluarkan oleh personil gabungan yang melarang Abet You untuk mengambil gambar, "ujar Kabid Humas Polda Papua dalam rilis tersebut.

Kata dia, langkah-langkah kepolisian, Kasat Intel s mendatangi Fernando Mote dan Abet You meminta maaf atas kesalapahaman yang terjadi, dan melakukan tindakan tegas terhadap anggota yang melakukan tindakan yang berlebihan dalam tugasnya,

"Kedua anggota hingga pukul 01.15 WIT dinihari masih melakukan pemeriksaan untuk mempertanggungjawabkan perbuatanya. Dan kami sangat menyesalkan eksiden itu terjadi meskipun diawali dengan menerobosnya beberapa masyarakat ke dalam tempat acara Debat Kandidat Cabub dan Cawabub,"ujarnya.

Kata dia, untuk itu agar semua masyarakat tetap mengikuti aturan yang telah ditetapkan panitia karena terbatasnya untuk menampung masyarakat guna menghindari insiden lagi.

Kronologi Kekerasan Jurnalis

Sementara itu kronologis kekerasan yang menimpa Abeth You, jurnalis Koran Jubi dan tabloidjubi.com terjadi di halaman Guest House Nabire yang diterima wartaplus.com, sekitar pukul 09.35 WIT.

 Ia dari rumah menuju ke Guest House Nabire, tempat digelarnya Debat Kandidat Pilkada Deiyai tahap kedua.

"Saya tiba di gapura gedung itu sudah dijaga ketat oleh anggota Polri (resort Nabire dan Paniai).  Saya tunjuk kartu pers Jubi agar dibuka pintu tapi ditolak, polisi bilang harus ada id card yang disediakan KPU Deiyai. Saya telpon ke ibu Ekha Takimai, Bendahara KPU Deiyai. Setelah itu id card Pers dari KPU itu diantar oleh Yan Pigai, seorang Inltekam Polres Paniai kepada saya. Saat saya masih di luar pagar itu masyarakat Deiyai yang hendak lihat, dengar, nonton dan menilai debat itu meminta agar pihak kepolisian membuka gembok gapura namun kepolisian bilang tidak bisa dibuka karena tutp pintu itu atas perintah lima komisioner KPU Deiyai, "ujar Abeth You dalam kronologisnya.

Kata dia, Mando Mote, salah satu perwakilan masyarakat terus meminta kepada Polri agar bicara dengan KPU agar masyarakat bisa masuk ke halaman gedung itu supaya masyarakat menilai visi, misi dan pertanyaan serta jawaban supaya nanti saat pencoblosan tidak salah pilih.

"Sekitar pukul 11.25 WIT,  saya dipersilahkan masuk kedalam setelah id card itu diserahkan padaku. Saya masuk dan kenakan id card itu tiba-tiba ada keributan di belakang saya, ternyata kepolisian melakukan pemukulan kepada temanku Mando Mote,  setelah dia masuk dari belakang saya. Saya lihat, anggota Sat Brimob yang jaga di luar pagar juga masuk hingga tendang Mando sampai tiba-tiba darah keluar di testa bagian kiri,"ujarnya.

Lanjutnya, melihat itu saya bergegas keluarkan HPku dari saku celana dan langsung rekam video. Rekam hingga durasinya berapa menit.

"Saya lihat ada beberapa polisi muka jahat sama saya, tetapi saya tetap memotret. Hingga seorang anggota Provospakaian lengkap (dinas) langsung larang saya ambil video. Dia semakin emosi hingga mau rampas Hpku, saya tetap bilang saya wartawan (sambil tunjuk id card pers dan baju pers yang saya pakai) tapi tidak indahkan, terus hiraukan,"ujarnya.

Selang beberapa menit, oknum Provos itu bawa tujuh orang anggota polisi ditambahkan teriakan dari anggota polisi lain agar Hpku itu harus diambil dan dihapuskan video itu. Anggota polisi itu tahan saya punya tangan, cekik leherku, tarik tas dari belakang, tarik baju hingga kaca mata minku yang saya gantungkan di baju itu dihancurkan. Kaca mata itu saya beli bulan lalu di Hola Plaza Jayapura seharga Rp. 1.750.000.

Saya lihat Kasubag Ops Polres Nabire, Sri Kasono tapi dia malah menjadi pelaku pemukul, tidak mampu atasi anak buahnya sampai dia juga marah saya. Saya langsung bilang ‘kau tidak mampu atur anak buah’. Dia terdiam.

Sekitar 30 menit berlalu saya masuk ke dalam ruang untuk saya liput berita. Usai itu, saya ditelpon Kasat Intel polres Nabire menyampaikan permohanan maaf, tapi tidak segampang itu saya terima.

1.  Saya tidak dipukul.
2.  Saya dicekik leher
3.  Saya ditahan/dipegang tangan
4.  Hpku dirampas paksa
5.  Kaca mataku dihancurkan

Tidak ada foto saat saya diperlakukan kekerasan itu, kecuali video yang saya ambil dan sedang beredar itu medsos itu.*